Kolaborasi Sampoerna, BEI, dan IBCWE Gelar Forum WING: Solusi atas Tantangan Peran Ganda Perempuan Karier
Desember 3, 2024Salah satu isu kesetaraan gender di tempat kerja yang jarang dibicarakan adalah isu kesehatan reproduksi. Topik ini tidak hanya untuk pembahasan di kelompok rekan perempuan, namun juga membutuhkan keterlibatan laki-laki. Meskipun sering dianggap marjinal dan jarang dibahas, isu ini memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan dan produktivitas pekerja. Kesehatan reproduksi bukan hanya tentang perempuan—laki-laki juga memiliki peran penting dalam pemenuhan hak kesehatan reproduksi, terutama sebagai pemimpin di tempat kerja.
Kesehatan reproduksi memengaruhi kebertubuhan perempuan dan laki-laki secara berbeda, mulai dari tantangan yang dihadapi perempuan selama menstruasi, masa kehamilan, atau menopause, hingga pentingnya dukungan bagi laki-laki dalam peran mereka sebagai ayah, pasangan, dan rekan kerja. Sayangnya, masih banyak tempat kerja di Indonesia yang belum memahami bagaimana aspek ini dapat menciptakan ketidaksetaraan gender, terlihat dari kebijakan yang bias maupun norma budaya yang tidak mendukung. Padahal, perbedaan pengalaman ini membutuhkan perhatian dan pendekatan yang beragam.
Sebagai pemimpin, laki-laki memiliki pengaruh besar untuk mendorong perubahan. Dengan kebijakan yang mendukung kesehatan reproduksi dan menciptakan budaya kerja yang inklusif, pemimpin dapat memperkuat kesejahteraan pekerja sekaligus meningkatkan produktivitas perusahaan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk memahami dan mendukung kesehatan reproduksi di tempat kerja:
1. Kenali Kasus Bisnis terkait Inisiatif Kesehatan Reproduksi
Investasi dalam kesehatan reproduksi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 15%, meningkatkan kehadiran di tempat kerja sebesar 60%, dan mengurangi tingkat pergantian karyawan sebesar 25%. Misalnya, menyediakan akses layanan kesehatan reproduksi atau cuti khusus untuk perawatan dapat membantu pekerja menghadapi tantangan pribadi tanpa mengorbankan produktivitas. Hal ini bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga strategi bisnis yang berdampak positif pada kinerja dan keuntungan perusahaan.
2. Bangun Budaya Tempat Kerja yang Mendukung
Tantangan kesehatan reproduksi, seperti menstruasi, perimenopause, menopause, sindrom ovarium polikistik (PCOS), endometriosis, atau vasektomi, dapat memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Pemimpin harus mempromosikan dialog terbuka, mengurangi stigma, dan menyediakan pelatihan kepada seluruh pekerja (terutama manajer) untuk memahami isu ini.
3. Terapkan Kebijakan dan Fasilitas yang Sensitif Gender dan Bebas Stigma
Pastikan kebijakan atau fasilitas seperti cuti kesehatan reproduksi, jam kerja fleksibel untuk perawatan kesehatan, dan akses ke layanan kesehatan inklusif tersedia bagi semua karyawan. Misalnya, memberikan cuti vasektomi bagi laki-laki menunjukkan komitmen terhadap kebutuhan kesehatan mereka, sekaligus mendukung pasangan mereka. Kebijakan yang sensitif gender tidak hanya membantu individu tetapi juga memperkuat kepercayaan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
4. Manfaatkan Data dan Metrik untuk Dampak Jangka Panjang
Apa yang terukur dapat ditingkatkan. Gunakan indikator seperti tingkat absesnsi terkait kesehatan reproduksi, kepuasan pekerja terhadap perlindungan kesehatan, atau jumlah laporan kekerasan berbasis gender di tempat kerja. Dengan data ini, pemimpin dapat mengevaluasi efektivitas inisiatif dan memastikan bahwa kebijakan terus berkembang untuk mendukung kebutuhan pekerja.
5. Terlibat dalam Advokasi dan Kolaborasi
Diskusikan tantangan kesehatan reproduksi dalam agenda kesetaraan gender di tempat kerja, mengadvokasikan kebijakan terkait kesehatan reproduksi, atau mendukung program komunitas yang relevan. Di Australia, terdapat dorongan nasional untuk perubahan legislatif mengamanatkan cuti reproduksi berbayar, dengan mengakui pentingnya mendukung karyawan yang menghadapi tantangan kesehatan reproduksi.
Mengambil Langkah Nyata
Sebagai pemimpin, langkah pertama yang dapat Anda ambil adalah mengevaluasi apakah kebijakan perusahaan Anda sudah inklusif dan responsif terhadap kebutuhan kesehatan reproduksi semua pekerja. Diskusikan isu ini dengan tim kepemimpinan Anda, cari masukan dari pekerja, dan mulailah membangun lingkungan kerja yang lebih inklusif.
Dengan menjadi bagian dari solusi, pemimpin laki-laki dapat memainkan peran penting dalam menciptakan tempat kerja yang mendukung kesejahteraan seluruh pekerja—tanpa memandang gender. Hal ini tidak hanya mendorong kesetaraan, tetapi juga membantu perusahaan berkembang lebih baik di masa depan.
Written by Program Officer, Esther Yobelitha
References:
https://www.weforum.org/stories/2024/01/companies-sexual-reproductive-health-women-work/
https://www.linkedin.com/pulse/why-should-reproductive-health-matter-your-workplace-hertility/
https://theconversation.com/what-is-reproductive-health-leave-and-why-do-we-need-it-238581
https://www.nytimes.com/2023/04/28/well/live/menopause-symptoms-work-women.html
https://www.bbc.com/worklife/article/20240408-menopause-women-job-quits