APINDO & IBCWE Berkomitmen Dukung Pengasuhan Anak Demi Tingkatkan Produktivitas dan Capaian SDGs
Oktober 31, 2024Menjadi orang tua adalah hal baru bagi saya dan suami. Dalam satu setengah tahun pertama sebagai orang tua, kami menghadapi banyak dilema dan kompromi dalam mengintegrasikan tanggung jawab keluarga dan rumah tangga, yang juga memengaruhi kehidupan kerja kami. Bagi ibu baru seperti saya, mengalami “motherhood penalty” adalah hal yang umum. Hal ini terjadi karena bias yang menganggap ibu akan kurang berdedikasi pada pekerjaan mereka karena tugas pengasuhan. Namun, bagaimana dengan ayah baru? Apakah mereka juga dapat mengalami “fatherhood penalty“?
Menariknya, sementara ibu bekerja sering menghadapi asumsi yang membatasi pertumbuhan profesional, ayah bekerja dapat menghadapi serangkaian bias berbeda yang juga membatasi pilihan mereka. Para ayah bekerja mungkin juga menghadapi bias, menyebabkan lebih sedikit peluang untuk kemajuan karier—terutama bagi mereka yang memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan. Ayah sering diharapkan berperan sebagai pencari nafkah, jadi ketika mereka memprioritaskan waktu untuk keluarga, mereka mungkin dianggap kurang berkomitmen pada pekerjaan. Di sisi lain, ayah juga mendapat manfaat dari “fatherhood bonus“, di mana mereka dianggap lebih berdedikasi atau kompeten setelah menjadi ayah. Namun, apakah benar-benar sebuah bonus jika ayah dianggap berkomitmen di tempat kerja tetapi tidak terlibat di rumah?
Penalti bagi ibu dan ayah mencerminkan tantangan yang dihadapi orang tua dalam memadukan pekerjaan dan keluarga. Namun, dampaknya dapat berbeda antara kedua jenis kelamin karena ekspektasi masyarakat. Karena tuntutan finansial semakin mengharuskan kedua orang tua bekerja penuh waktu, peran tradisional pengasuhan mulai kabur, dengan lebih banyak ayah yang berperan aktif sebagai pengasuh bersama ibu.
Dengan adanya pergeseran ini, para pemberi kerja yang bertanggung jawab memerhatikan para orang tua bekerja di perusahaan mereka memiliki kesempatan unik untuk merespons. Pemberi kerja perlu melihat kembali fasilitas dan tunjangan dengan mengadaptasi sistem pendukung untuk semua orang tua bekerja. Sementara ini, banyak pemberi kerja berfokus pada dukungan kepada ibu bekerja. Namun, sama pentingnya untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan ayah bekerja yang kini menghadapi tuntutan yang sama. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan oleh para pengusaha untuk mendukung kedua orang tua, khususnya ayah bekerja, dalam situasi tempat kerja yang terus berkembang:
- Pengaturan Kerja Fleksibel: Ini adalah cara mudah bagi perusahaan untuk mendukung orang tua bekerja. Jangan berasumsi hanya ibu yang menjadi pengasuh; cari tahu ayah yang juga berperan dalam pengasuhan, dan tawarkan fasilitas yang memenuhi kebutuhan mereka. Dorong ayah untuk menggunakan opsi ini dan lacak seberapa sering mereka melakukannya.
- Budaya Tempat Kerja yang Inklusif dan Mendukung: Harapan masyarakat melabeli laki-laki sebagai pencari nafkah daripada pengasuh, yang dapat membuat mereka enggan mengambil pekerjaan fleksibel. Para ayah khawatir tidak dianggap kompeten dalam pekerjaan. Dorong gagasan bahwa fleksibilitas juga berlaku untuk ayah bekerja, pastikan ada budaya yang menghargai peran pengasuhan ayah.
- Pemimpin Menjadi Teladan: Pemimpin yang mengutamakan kerja fleksibel dapat menginspirasi orang lain untuk melihat integrasi kehidupan dan pekerjaan sebagai sesuatu yang penting. Ketika pemimpin menjadi teladan fleksibilitas, orang lain pun merasa nyaman melakukan hal yang sama.
- Employee Resource Groups (ERGs): Mengumpulkan orang tua bekerja, termasuk ayah, dalam sebuah kelompok dapat memberikan dukungan dan menumbuhkan rasa memiliki. ERG dapat menjadi tempat bagi orang tua untuk berbagi tantangan dan solusi integrasi kehidupan kerja dan keluarga, yang dapat meningkatkan retensi dan kepuasan.
- Umpan Balik dan Pemantauan: Setelah opsi fleksibilitas tersedia, pantau bagaimana ayah pekerja menggunakannya. Jika penggunaannya rendah, cari umpan balik untuk memahami alasannya dan tingkatkan kebijakan yang sesuai.
Pengusaha tidak harus menerapkan semua tindakan ini sekaligus. Kuncinya adalah memahami terlebih dahulu kebutuhan ayah bekerja di perusahaan masing-masing. Semakin banyak orang menyadari peran ganda ayah yang bekerja, kita dapat berharap menuju masa depan yang lebih cerah bagi generasi berikutnya.
Penulis: Esther Yobelitha, Program Officer
Referensi:
How Can Employers Better Support Working Dads? Forbes (2024). https://www.forbes.com/councils/forbesbusinessdevelopmentcouncil/2024/07/30/how-can-employers-better-support-working-dads/
The Daddy Dilemma, Why Fatherhood Is Still A Penalty For Men’s Careers. Forbes (2023). https://www.forbes.com/sites/shaheenajanjuhajivrajeurope/2023/05/16/the-daddy-dilemma-why-fatherhood-is-still-a-penalty-for-mens-careers/
What Working Dads Can Do When a High-Pressure Job Asks Too Much. Harvard Business Review (2021). https://hbr.org/2021/04/what-working-dads-can-do-when-a-high-pressure-job-asks-too-much