
Mimpi Kartini dan Kenyataan Ibu Pekerja Hari Ini
April 22, 2025Lingkungan kerja yang beragam telah terbukti membantu perusahaan berkembang, karena keberagaman membawa ide-ide baru untuk kreativitas dan inovasi yang lebih besar. Namun, salah satu tantangan peningkatan keragaman di tempat kerja adalah potensi komunikasi yang buruk. Orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda pula, dengan isyarat nonverbal yang bervariasi, dan cara menafsirkan pesan tersebut seringkali berbeda.
Ketegangan di tempat kerja akan selalu ada, namun lebih terasa saat ini di mana Baby Boomers, Gen X, Milenial, dan Gen Z yang mencoba untuk berkolaborasi di bawah satu atap. Kesalahpahaman dan konflik dapat muncul dari perbedaan generasi, gaya komunikasi, dan norma tempat kerja yang berkembang.
Beberapa perusahaan anggota IBCWE bahkan menyampaikan jika mereka memiliki tantangan komunikasi di dalam tim mereka. Kesenjangan generasi yang besar membawa berbagai cara komunikasi yang mengarah pada kesalahpahaman di mana setiap generasi hadir dengan serangkaian nilai, ekspektasi, dan pilihan gaya komunikasi.
Baby Boomers tumbuh di era di mana komunikasi tatap muka dan pertemuan formal adalah norma. Mereka cenderung menghargai lingkungan tempat kerja yang terstruktur dan hierarkis.
Gen X dikenal lebih mudah beradaptasi dan lebih fleksibel, sebagian karena mereka adalah jembatan antara tempat kerja tradisional dan tempat kerja berbasis teknologi yang disukai Milenial dan Gen Z.
Milenial adalah penduduk asli digital yang menyukai kecepatan dan efisiensi. Mereka sering lebih memilih pesan singkat melalui platform seperti email daripada rapat yang panjang. Mereka juga menghargai transparansi dan umpan balik terbuka.
Gen Z adalah generasi digital pertama yang terbiasa dengan komunikasi cepat melalui media sosial, pesan instan, dan bahkan platform video. Mereka memprioritaskan fleksibilitas, inklusivitas, dan kesehatan mental di tempat kerja.
Variasi preferensi komunikasi ini dapat menyebabkan kesalahpahaman. Seorang manajer Milenial mungkin menganggap preferensi Baby Boomer untuk komunikasi formal yang terperinci itu terlalu kaku, sementara Baby Boomer dapat melihat preferensi Milenial untuk pembaruan cepat dan informal (melalui platform pesan singkat, seperti Slack atau WhatsApp) sebagai kurang memerhatikan detail. Pada kenyataannya, keduanya hanya menggunakan gaya komunikasi yang paling mereka kenal, dan biasanya kedua gaya ini justru diperlukan dalam sebuah tim.
Apa yang harus dilakukan?
Dalam menavigasi tantangan dan perbedaan ini, bagaimana kita mengubah dan menyesuaikan cara kita berkomunikasi satu sama lain sangat penting.
Komunikasi yang inklusif mempertimbangkan dan menghormati keragaman individu dengan menghilangkan hambatan yang mungkin timbul dari perbedaan budaya, bahasa, kemampuan, latar belakang, dan perspektif. Ini bukan hanya tentang menggunakan kata-kata yang tepat tetapi tentang menciptakan tempat kerja di mana setiap orang merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Ini membutuhkan upaya berkelanjutan, kesadaran, dan komitmen untuk menumbuhkan budaya yang saling menghormati dan inklusif. Jika dilakukan dengan benar, itu mengarah pada inovasi, kolaborasi, keterlibatan, dan rasa memiliki yang lebih besar.
Berikut adalah beberapa elemen kunci dari komunikasi inklusif:
– Menyadari gaya dan kebutuhan komunikasi budaya yang berbeda
– Menggunakan bahasa yang hormat dan tidak diskriminatif
– Mendengarkan secara aktif dan mendorong dialog dua arah
– Terbuka terhadap perspektif dan ide yang berbeda
Kata-kata dan gaya komunikasi yang digunakan di tempat kerja setiap hari memiliki dampak yang signifikan pada apakah karyawan atau rekan kerja merasa dihargai dan disertakan. Untuk memunculkan komunikasi yang inklusif antargenerasi, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan menyamakan persepsi tentang Diversity, Equity, Inclusion, dan Belonging (DEIB), juga memberikan training tentang komunikasi inklusif serta mengembangkan pedoman bahasa yang dapat menghilangkan bias dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah. Salah satu contohnya adalah menggunakan kata “kamu” daripada “elo” atau “chairperson” alih-alih “chairman” atau “pegawai” ketimbang “karyawan/karyawati”.
Kesimpulan
Komunikasi inklusif sangat penting bagi tempat kerja yang ingin berkembang dalam industri yang beragam saat ini. Jadi, apakah Anda seorang karyawan atau pemimpin, merangkul komunikasi inklusif adalah langkah tepat untuk menciptakan tempat kerja di mana semua suara dihargai, dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh. Hal ini mengarah pada pertumbuhan organisasi dan tempat kerja yang lebih harmonis.
Bagaimana dengan tempat kerja Anda? Bagikan pemikiran atau pengalaman Anda di bawah ya…
—
Ditulis oleh Fellicca Patricia Madiadipura, Sales and Partnership Officer IBCWE