Peran Perusahaan Mendongkrak Produktivitas Pekerja Perempuan
Oktober 29, 2024Mendefinisikan Ulang Dukungan: Bagaimana Pengusaha dapat Memberdayakan Ayah Bekerja
November 29, 2024Jakarta, 29 Oktober 2024 – Partisipasi perempuan Indonesia dalam angkatan kerja dinilai rendah, sekitar 30 poin persentase di bawah laki-laki selama dua dekade terakhir. Perempuan yang telah menikah, terutama yang berusia 20 – 40 tahun dan memiliki anak, seringkali mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga.
Peran ganda sebagai orang tua juga rentan menciptakan konflik antara kewajiban pekerjaan dan kebutuhan pengasuhan anak. Penelitan menunjukkan bahwa perempuan di usia produktif menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan perawatan dan domestik yang tidak berbayar, membatasi peluang mereka untuk bekerja secara efektif. Hal ini berdampak jangka panjang pada kemajuan karier mereka dan merupakan salah satu alasan utama rendahnya keterwakilan perempuan di posisi kepemimpinan perusahaan.
Untuk itu, APINDO bekerjasama dengan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) menggelar Dialog Konsultatif Hari Perawatan dan Dukungan Internasional 2024 bertema “Membangun Ekonomi Perawatan: Investasi dalam Pengasuhan Anak yang Didukung Pengusaha untuk Pertumbuhan Bisnis dan Pencapaian SDGs”, Selasa (29/10/2024) di Jakarta.
Menurut Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani acara ini diharapkan dapat mendorong partisipasi perempuan dalam angkatan kerja mengingat masih lambatnya progress terkait isu ini. Shinta menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi angkatan kerja perempuan saat ini hanya meningkat sebesar 1% dari tahun 2023, yakni di angka 55,41%. Tentunya, angka ini masih jauh dari ideal, apalagi jika dibandingkan dengan laki-laki yang tahun ini tingkat partisipasinya dalam angkatan kerja mencapai 84,02%.
Oleh karena itu, penting bagi dunia usaha untuk mencari solusi inovatif guna menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya mendorong partisipasi penuh perempuan, tetapi juga mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan melalui pengasuhan anak yang didukung oleh pengusaha atau disebut juga Employer-Supported Childcare (ESC).
“Kami memandang bahwa ESC merupakan langkah strategis yang dapat membantu perusahaan menarik dan mempertahankan talenta, serta memberikan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan seimbang. Inisiatif ini juga selaras dengan misi APINDO dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals, terutama dalam kesetaraan gender dan pekerjaan layak,” terang Shinta.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Pembangunan Masyarakat Bidang SDGs APINDO, Stefanus Indrayana mengatakan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja adalah faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Untuk itu, memberi dukungan fasilitas pengasuhan anak untuk orang tua yang bekerja menjadi salah satu solusi penting untuk mengatasi tantangan ini.
Indrayana mengungkapkan, ESC tidak hanya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja, namun juga secara langsung berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 5: Kesetaraan Gender dan SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Sementara itu, bertindak sebagai moderator diskusi panel, Direktur Eksekutif Koalisi Bisnis untuk Pemberdayaan Perempuan Indonesia (IBCWE), Wita Krisanti turut menekankan pentingnya keterlibatan aktif dari dunia bisnis untuk memajukan sektor ekonomi perawatan. “Dukungan untuk tugas pengasuhan turut berdampak positif untuk keberlanjutan jangka panjang dari sebuah bisnis. Perusahaan yang menyediakan program bantuan untuk pengasuhan anak turut mengalami peningkatan produktivitas dan loyalitas dari pekerjanya” ungkap Wita dalam diskusi panel dengan perusahaan yang telah menjalankan dukungan dan penyedia layanan pengasuhan anak.
Tentang APINDO
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) merupakan representasi dunia usaha Indonesia, yang dibentuk pada 31 Januari 1952, di bawah kepemimpinan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) yang berada di Jakarta, dan Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) di 34 provinsi serta 305 Dewan Pimpinan Kota/Kabupaten.
Berfokus pada Hubungan Industrial dan Ketenagakerjaan di awal pembentukannya, peran APINDO semakin strategis dalam mendorong kepentingan nasional, melalui perluasan fokus pada beragam sektor dan pengembangan sumber daya manusia serta kemitraan, melalui unit bisnis APINDO: International Strategic Partnership Center (ISPC) dan APINDO Training Center (ATC). Advokasi APINDO dalam skala internasional dilaksanakan secara aktif, melalui keanggotaan dan partisipasi dalam the International Organization of Employers (IOE), ASEAN Confederation of Employers (ACE) dan Confederation of Asia-Pacific Employers (CAPE).
APINDO memiliki keterwakilan dalam Kelembagaan Tripartit (unsur Pemerintah, Pengusaha, dan Pekerja), di mana sejumlah perwakilan Pengurus APINDO duduk di Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional, Dewan Pengupahan Nasional, dan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. APINDO 2023 – 2028 memiliki 4 Program Aksi Unggulan yaitu Roadmap Ekonomi sebagai bentuk keunggulan dan advokasi APINDO, Ekonomi Inklusif UMKM Merdeka, Kolaborasi Inklusif Pengusaha Atasi Stunting (KIPAS) yang melibatkan 1000 pengusaha atasi stunting dan sertifikasi HR-IR APINDO untuk mewujudkan SDM yang kompeten dalam pengelolaan SDM dan hubungan industrial.
Kunjungi website www. apindo.or.id
Tentang IBCWE
Koalisi Bisnis untuk Pemberdayaan Perempuan Indonesia (IBCWE) merupakan koalisi perusahaan yang berkomitmen untuk mempromosikan pemberdayaan ekonomi perempuan dan kesetaraan gender. Misi kami adalah mendukung bisnis untuk mengoptimalkan perannya dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan dan kesetaraan gender. IBCWE terbentuk atas dukungan Pemerintah Australia melalui program Investing in Women.