Harijanto: Menjamin Kesejahteraan Buruh Perempuan
Desember 24, 2023Syaldi Sahude: Lelaki Feminis Wajib Hadir Mendukung Gerakan Perempuan
Desember 24, 2023Bila umumnya di tahun 1995 remaja perempuan suka mencoret-coret buku dengan lirik manis dari boyband dan bercerita tentang gerak-gerik kakak kelas yang ditaksirnya, Yacko menuliskan bait lirik-lirik rap yang dia ciptakan. Keterampilannya me-rap dibuktikan dengan memenangkan beberapa lomba rap saat masih remaja.
“Saya enggak pernah punya cita-cita pasti sejak dulu, kecuali cita-cita ingin mengeluarkan album rap,” ungkap Yacko yang bernama asli Yani Oktaviana ini. Cita-citanya tercapai lima belas tahun kemudian saat merilis album solo pertamanya yang berjudul “Refleksi”. Setelah itu ia terus berkarya dan pada Juli 2017, dia mengeluarkan video klip berjudul “Hands Off”, yang terinspirasi sebuah insiden pelecehan terhadap perempuan.
Hip hop dikenal sebagai dunia yang dipenuhi ujaran yang merendahkan perempuan. Tricia Rose, akademisi dan peneliti asal Amerika, dalam bukunya yang berjudul That’s the Joint! The Hiphop Studies Reader, mengemukakan bahwa ada dua jenis perempuan yang sering disorot dalam lirik rap, perempuan yang bisa diajak bertemu ibu dan perempuan yang kita temui di jam tiga pagi. Tricia menyatakan di awal perkembangannya partisipasi perempuan dalam dunia rap dibatasi oleh jenis kelaminnya. Bagi Yacko, sampai sekarang pun hal ini tetap berlaku, “Perempuan sering dianggap enggak bisa nge-rap. Di-underestimate.” Tapi bukan Yacko namanya kalau menyerah. Dengan gigih, penerima gelar cumlaude dari fakultas ekonomi Universitas Trisakti ini justru sedang merencanakan album berisi kumpulan lagu dari rapper perempuan Indonesia.
Dilecehkan saat manggung
Suatu hari, ketika Yacko manggung dia mengalami pelecehan seksual. “Saat aku melakukan stage dive (menjatuhkan diri ke penonton untuk ditangkap-red), ada yang malah memegang payudaraku. Aku langsung ngamuk di tengah crowd. Pertunjukan langsung berhenti dan saling berantem. Tapi enggak ketahuan orangnya siapa,” jelas peraih gelar Master of Business Administration dari University of Wolonggong, Australia.
Setelah insiden tersebut, Yacko tidak menyerah, malah menciptakan lagu Hands Off. Melalui lagu ini Yacko ingin perempuan berani melawan lelaki yang melakukan pelecehan seksual. “My body is not for you to touch without my consent no you fool. My short skirt is not to attract you ‘coz what I wear is my rule,” bunyi penggalan liriknya. Yacko juga segera mengeluarkan perhiasan berupa anting dan gelang bertema Hands Off, keuntungan penjualannya akan disumbangkan ke lembaga yang memberikan layanan kekerasan terhadap perempuan, LBH APIK.
Menjadi kepala keluarga
Saat ini Yacko tinggal bersama ibu dan anaknya, Alana, yang berumur delapan tahun. Di hari kerja Yacko akan mengajar mata kuliah pemasaran, hubungan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia di Unisadhuguna International College. Di universitas ini pula Yacko memegang jabatan sebagai Head of Campus di cabang Sudirman. “Passion aku itu sharing. Mengajar bukan komunikasi satu arah. Aku dapat ilmu dari muridku, di waktu yang sama aku berbagi ilmuku,” jelas Yacko yang sudah menjadi dosen sejak tahun 2006.
Sepulang mengajar, Yacko yang juga orangtua tunggal, akan menghabiskan waktu bersama keluarga. Mengarang cerita adalah kesibukan favorit Yacko bersama Alana sebelum tidur. Setelah Alana tidur, Yacko melakukan kegiatan lain, seperti rekaman atau manggung. “Aku melakukan semua ini karena pada dasarnya aku harus mencari uang menghidupi keluargaku,” kata Yacko. Perjuangan kerasnya sebagai ibu, rapper dan dosen justru sangat ia dinikmati.
Mengajarkan kesetaraan gender
Jika tempat Yacko manggung mendukung untuk membawa anak kecil, Alana akan ikut bersamanya. Yacko berusaha mengajarkan kesetaraan gender pada anaknya melalui contoh-contoh sederhana. Saat membaca buku pelajaran anaknya, ada penjelasan bahwa peran ibu mengurus keluarga. Yacko menjelaskan pada Alana pada dasarnya ayah dan ibu bisa mengurus keluarga. Isu kesetaraan gender juga sering dihadapi Yacko saat mengajar.
Ada murid-murid perempuannya yang tidak tahu mau mengambil jurusan karena merasa setelah lulus dia hanya ingin menikah. “Mereka dipaksa kuliah, tapi diberi tahu kalau nanti menikah, urus rumah tangga saja, seperti jejak ibu,” nada kekecewaan terpancar dari suara Yacko. Bagi Yacko, perempuan bisa jadi apa saja yang diinginkan, seperti yang selalu dikatakan pada anaknya, “Kamu bisa jadi apapun yang kamu mau, asal kamu belajar dan kamu harus sungguh-sungguh.”