Perayaan Setahun IBCWE
Desember 24, 2023IBCWE Gelar HeForShe Run 2018
Desember 24, 2023Sains, teknologi, teknik, dan matematika (Science, Technology, Engineering, and Mathematic atau STEM) merupakan jenis industri yang sedang berkembang pesat. Namun kenyataan menunjukkan ada kesenjangan tinggi untuk jumlah pekerja perempuan, termasuk keberadaan pemimpin perempuan, di badan pengelola perusahaan berbasis STEM. Untuk meningkatkan partisipasi perempuan di industri STEM dibutuhkan berbagai langkah diantaranya tampilnya sosok perempuan pemimpin di perusahaan berbasis STEM untuk menjadi tokoh panduan (role model) yang akan mendorong lebih banyak perempuan terjun ke bidang ini.
Kesenjangan perempuan di bidang STEM di Indonesia sudah terlihat dari dunia pendidikan. Kajian Global Gender Report 2017 dari World Economic Forum pada bagian Indonesia menunjukkan, lulusan sarjana jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi terdiri dari 13,1 persen laki-laki dan perempuan 6,7 persen. Sementara jurusan Manufaktur, Teknik dan Kontruksi, perempuan mengisi 6,4 persen sedangkan laki-laki 12,5 persen. Menurut studi UNESCO (2015), rendahnya angka pekerja perempuan di bidang STEM tidak lepas dari adanya persepsi umum bahwa pekerjaan di bidang ini dinilai tidak sesuai untuk perempuan.
Bukan hanya di bidang STEM, tingkat partisipasi di angkatan kerja secara umum sudah memperlihatkan kesenjangan. Data per Februari 2017 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ada 131,55 juta pekerja yang tersedia di pasar tenaga kerja dalam negeri. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat partisipasi perempuan sekitar 55%, sedangkan laki-laki mencapai 83,1%. Di sektor formal, hanya 37,4% pekerja perempuan berada di sektor ini, dibandingkan dengan pekerja pria dengan 62,6%. UNESCO Institute of Statistics mencatat hanya 30% pekerja perempuan melakoni bidang STEM. Sementara menutup kesenjangan gender punya potensi nilai ekonomi yang terbilang tinggi. Kajian MacKinsey Global Institute mengestimasi, usaha bersama di kalangan sektor publik, privat, dan sosial untuk menutup kesetaraan gender di tahun 2025 memiliki potensi tambahan Gross Domestic Product (GDP) seniai 12 triliun dolar.
Untuk menjawab tantangan perempuan di Indonesia di perusahaan industri STEM serta mengetahui bentuk kebijakan agar perusahaan berbasis STEM lebih mampu menarik dan mempertahankan angkatan kerja perempuan, Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menggelar diskusi bertajuk “Promoting Women’s Leadership in STEM Industries”. Diskusi menghadirkan Construction Director PT MRT Jakarta Indonesia Sylvia Halim, Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati, CEO Bubu Kreasi Perdana Shinta Dhanuwardoyo yang berbagi pengalaman mereka mulai dari meniti perjalanan karir hingga meraih posisi kunci di badan pengelola perusahaan. Sementara Managing Director Resources Industry Accenture Indonesia Fuad Said Lalean menyampaikamn hasil kajian dari Accenture Indonesia terkait peran teknologi terhadap jenjang karir perempuan di Indonesia, dan Vice Chairman of Telematics, Research and Telematic KADIN Ilham Habibie dengan pandangan seputar kesempatan yang terbuka bagi perempuan di bidang STEM.
Tampil sebagai pembuka pertama, Presiden IBCWE Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan relasi STEM dan pemberdayaan perempuan. “Perempuan merupakan potensi yang belum tergali dalam industri STEM, dan dengan banyaknya perempuan di industri ini kita akan melihat solusi penciptaan potensi tenaga kerja perempuan,” Ujar Shinta yang juga CEO dari Sintesa Group dengan dua anak perusahaan di bidang gas bumi. Sementara mewakili sisi pemerintah, Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kementeriaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Sujatmiko mengingatkan peran strategis perempuan dan anak-anak bagi Indonesia dengan menempati porsi 49.8% dari jumlah penduduk,. “Apakah kita bisa menikmati bonus demografi, tergantung pada apakah kita bisa melindungi perempuan dan anak-anak,”Ujar Sujatmiko.
Shinta Dhanuwardoyo dari Bubu Kreasi Perdana mengaku telah terjun di dunia teknologi atas minat pribadi dan dimulai sejak tahun 1996. Pengalamannya selama ini menunjukkan, pentingnya peran sosok teladan (role model) untuk mendorong lebih banyak lagi perempuan terjun di dunia STEM, khususnya teknologi, di masa depan. Senada dengan Shinta, Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati menyampaikan bahwa adanya persepsi bidang STEM bukan bidang perempuan akan menguat karena tidak adanya (sosok) contoh. “Kita harus bisa membuktikan ini sebuah mitos,” Tegas Sri. Sementara Construction Director PT