Jurus Akselerator Karir Buat Perempuan
Desember 24, 2023Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja di Indonesia, Masih Didominasi Laki Laki
Desember 24, 2023Transportasi di Jakarta bisa dibilang masih jauh dari memadai. Meskipun moda transport baru seperti MRT dan LRT sudah hadir, namun jangkauan masih terbatas. Belum semua daerah di Jakarta dan sekitarnya seperti Depok, Tangerang dan Bekasi terjangkau. Diperlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit bagi pekerja bepergian dari rumah hingga kantor.
Hal ini sangat berpengaruh bagi pekerja perempuan. Perempuan yang sering kali dibebankan pekerjaan rumah tangga atau sebagai caretaker, membuat perempuan harus memilih antara karir dan keluarga. “Perempuan adalah seorang multitasker dan seringkali menjadi caretaker. Mereka mesti memerhatikan anak, suami, bahkan orang tua. Itulah mengapa perempuan cenderung mempunyai rute perjalanan yang lebih sporadis daripada laki-laki. Mereka harus mengantar anak, pergi ke pasar, menjemput anak lagi, dan lain-lain,” jelas Fani Rachmita, Senior Communications & Partnership Manager dari ITDP Indonesia (Institute for Transportation & Development Policy), sebuah lembaga non-profit yang bergerak di bidang transportasi berkelanjutan.
Pekerja di Jakarta, sebagian besar tinggal di kota sekitar seperti Tangerang, Depok, Bekasi dan Bogor. Dibutuhkan rata-rata 2 jam dari rumah sampai kantornya. Perempuan yang berkeluarga harus bangun lebih pagi, karena harus menyiapkan kebutuhan keluarganya sebelum dia sendiri bisa pergi ke kantor. Oleh karena itu transportasi yang mudah sangat berpengaruh terhadap pekerja perempuan bertahan pada sebuah pekerjaan atau tidak.
Penelitian yang dilakukan oleh Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), SurveyMETER, dan RAND terhadap lebih dari 500 perempuan yang menggunakan Transjakarta, menunjukkan bahwa 31% perempuan pernah menolak sebuah posisi pekerjaan karena masalah transportasi. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan 14,4% perempuan dengan usia anak kurang dari 5 tahun berhenti bekerja karena masalah transportasi.
Beberapa responden mengatakan menggunakan transportasi umum memakan lebih banyak waktu dan seringkali masih mesti disambung dengan moda transportasi lain. Tidak banyak transportasi umum yang langsung sampai di tujuan, jika dibandingkan dengan ojek daring yang lebih mudah mencapai tujuan.
Masalah keamanan juga menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan perempuan pekerja dalam memilih moda transportasi. Menurut laporan Tirto, pada tahun 2018 terdapat 34 kasus pelecehan seksual yang terjadi di KRL. Itu pun diindikasi belum termasuk dengan kasus-kasus lain yang tidak dilaporkan oleh korban.
Survei yang dilakukan oleh LSM Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis, dan Change.org Indonesia terhadap 62.000 orang warga Indonesia pada 2018 juga menunjukkan bahwa 19% kasus pelecehan seksual terjadi di transportasi umum.
“Ketika bapak-bapak ditanya tentang keluhan mereka terhadap masalah transportasi, banyak yang menjawab kemacetan dan meminta agar jalan diperlebar. Sementara itu, ibu-ibu akan mengeluh tentang kualitas angkot yang buruk, supir yang suka ugal-ugalan, takut tertabrak ketika berjalan kaki, hingga kekhawatiran terhadap anak mereka yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki atau naik sepeda,” Fani memaparkan hasil riset yang dilakukan tim ITDP terhadap warga di beberapa kampung kota di DKI Jakarta.
Sementara itu, di pusat kota, permasalahan lainnya adalah visibilitas ruang publik dan transportasi umum itu sendiri. “Masih banyak JPO yang tertutup dengan reklame, sehingga situasi di dalam JPO tidak terlihat dari jalan raya. Karena itu, pengguna pun terancam keamanannya, seperti rawan untuk dilecehkan, bahkan diperkosa,” tutur Fani. Pada November 2015, seorang karyawan perempuan pernah diperkosa di JPO Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Fani memaparkan bahwa akar dari permasalahan ini adalah porsi perempuan yang masih kecil di jajaran pemangku kepentingan dan pengambil keputusan. Hal tersebut berdampak pada masih belum banyaknya pembangunan dan perencanaan transportasi yang berfokus pada kebutuhan perempuan.
Padahal, sistem transportasi umum yang berpihak pada perempuan akan berpengaruh besar terhadap produktivitas perempuan. Penelitian bertajuk Gender in Public Transportation oleh SADAQA menunjukkan bahwa meningkatkan aksesibilitas dan penggunaan transportasi umum oleh perempuan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan sosial sebuah negara secara keseluruhan.
Dari McKinsey disebutkan kebutuhan transportasi perempuan berbeda dari laki-laki dalam tiga cara: Pertama, perempuan di Indonesia lebih cenderung berjalan atau menggunakan transportasi umum daripada laki-laki, karena suami lebih diutamakan dalam menggunakan kendaraan pribadi; itu berarti bahwa investasi dalam angkutan umum dan jalan non-kendaraan lebih penting bagi perempuan daripada laki-laki. Kedua, perempuan cenderung melakukan lebih banyak perjalanan (dan melakukan lebih banyak pemberhentian di setiap perjalanan) daripada pria dan melakukan perjalanan di waktu yang tidak sibuk ke lokasi di luar pusat bisnis karena mereka melakukan perjalanan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan mengantar anak ke sekolah. Ketiga, keselamatan menjadi perhatian penting bagi wanita. Jika Indonesia ingin berbuat lebih banyak untuk meningkatkan keselamatan mereka, lebih banyak wanita dapat mengambil pekerjaan di luar rumah.
Pembuat kebijakan harus turut menggunakan produk transportasi umum yang mereka desain dan kelola, agar dapat menciptakan moda yang inklusif, nyaman dan aman tidak hanya bagi perempuan namun juga orangtua dan penyandang disabilitas. Pembuat kebijakan harus juga memanfaatkan fasilitas transportasi umum, tidak terus-menerus dengan kendaraan pribadi atau dinas. (admin)
Sumber:
https://www.asumsi.co/post/sudahkah-transportasi-umum-di-jakarta-ramah-perempuan
https://www.worldbank.org/en/news/feature/2016/03/08/preventing-violence-against-women-in-transport-systems
http://library.fes.de/pdf-files/bueros/amman/15221.pdf
https://www.change.org/l/id/pernah-jadi-korban-pelecehan-di-ruang-publik-kamu-nggak-sendirian