Syaldi Sahude: Lelaki Feminis Wajib Hadir Mendukung Gerakan Perempuan
Desember 24, 2023Jangan Memutuskan Sesuatu Karena Takut
Desember 24, 2023Bagi Imelda Adhisaputra, sektor pertambangan, teknologi informasi, perindustrian dan infrastruktur yang didominasi lelaki justru sangat menantang. Pernah menduduki jabatan sebagai presiden direktur salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia asal Australia, BHP Billiton, Imelda tidak hanya bermodalkan ketegasan, tapi juga berusaha mengembangkan potensi perempuan yang bekerja bersamanya.
Dunia kerja di Indonesia masih banyak diwarnai stereotip gender yang menghambat perempuan untuk meniti karir di bidang tertentu. Sebuah riset yang dilakukan oleh website Qerja terhadap 300.000 sampel gaji staf dari tahun 2014-2016 membuktikan masih terdapat kesenjangan gaji berdasarkan jenis kelamin. Untuk sektor pertambangan, minyak dan gas, serta industri, terdapat kesenjangan 27,5 persen gaji antara perempuan dan lelaki. Ini berarti dengan pekerjaan yang sama di bidang pertambangan, minyak dan gas, dan industri lelaki dibayar 27,5 persen lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Kemampuan Penting Sebagai Pemimpin Perempuan
Di tengah diskriminasi gender di bidang pertambangan dan industri yang kerap terjadi, Imelda Adhisaputra mampu menepis stereotip tersebut. Peraih gelar summa cum laude master of science teknik sipil dan lingkungan di Tufts University, Massachusetts, Amerika Serikat ini sama sekali tidak takut bersaing dengan lelaki. “Banyak case studysewaktu saya di dunia pertambangan di mana keluwesan, kemampuan bernegosiasi dan intuisi sebagai perempuan justru menjadi success factor dalam menghadapi tantangan sektor pertambangan. Dan hal-hal ini justru menjadi keunggulan perempuan daripada their male counterparts,” ujar Imelda yang saat ini menjabat sebagai Regional Vice President di China Fortune Land Development.
Sebagai pemimpin perempuan, Imelda mengerti bahwa mencapai posisi ini tidak mudah, terutama di dunia yang kebanyakan digeluti lelaki, seperti pertambangan atau teknik. Pembawaan Imelda yang tegas dan diplomatis justru membuatnya dihormati oleh rekan kerjanya. “Jadi pemimpin perempuan itu membutuhkan usaha dua kali lebih berat dari lelaki,” kata Imelda yang pernah menjadi Manager of Environmental Affairs di Newmont Nusa Tenggara. “Seorang perempuan dalam industri strategis seperti pertambangan, industri dan teknologi harus memiliki keterampilan yang mencakup kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang cepat, bekerja dalam tekanan, serta kemauan untuk selalu mendengarkan dan belajar. Kesuksesan tergantung pada ketekunan dan kegigihan, bukan IQ,” lanjut Imelda.
Meningkatkan Potensi Perempuan = Meningkatkan Produktivitas
Perusahaan multinasional tempat Imelda bekerja umumya sudah memiliki kebijakan gender equality. Tapi Imelda kerap berusaha mendorong penerapannya menjadi lebih maksimal. Salah satu insiatif yang pernah dilakukannya adalah dengan meningkatkan komposisi perempuan pengendara dump truck di proyek pertambangan. “Saya pernah baca hasil survei pemerintah Kanada di tahun 1998 berjudul Survey of Attitudes, Awareness and Behaviour of Drivers. Terinpirasi dari hasil survey ini, saya mendorong lebih banyak perempuan untuk berkiprah sebagai driver dump truck di perusahaan tambang yang waktu itu saya pimpin.”
Menurut survei tersebut, kendaraan yang dikemudikan perempuan mengonsumsi bahan bakar lebih sedikit dibandingkan lelaki. “Mobil biasa atau dump truck tambang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Jadi saya dorong perusahaan, team HR, team Mining Operation untuk memberikan kesempatan lebih besar dan melatih karyawan perempuan menjadi driver dump truck,” jelas Imelda.
Hasilnya sangat menggembirakan. Tidak hanya jumlah driver perempuan meningkat, tapi juga berhasil mengurangi konsumsi bahan bakar dan menurunkan tingkat insiden kecelakaan. “Mungkin tidak benar-benar di rasio 50:50 women driver, tapi meningkat jumlahnya dari yang sebelumnya hanya 1-2 orang menjadi sekitar 10-15 orang,” jelas Imelda.
Menjadi Mentor Untuk Mendorong Pemimpin Perempuan Baru
Tidak hanya di lapangan, mantan Director of Corporate Affairs di Intel Corporation ini ingin lebih banyak perempuan menduduki pucuk pimpinan perusahaan. “Masih banyak perempuan Indonesia yang tidak mempunyai atau tidak diberikan kesempatan untuk memimpin karena kendala opini yang menganggap bahwa perempuan masih belum mampu, terlalu lemah, kurang tegas, dan lain sebagainya untuk menjadi pimpinan tertinggi sebuah perusahaan. I am aspired to create a work place where men and women working with respect shoulder-to-shoulder to excel together as a team,” tegas perempuan yang hobi berkuda bersama keluarganya ini. Impian tersebut ia wujudkan dengan secara berkala menjadi mentor untuk pegawai perempuan yang dianggapnya berpotensi.
“Being a leader for me means that helping my team members to be the best they can be. Untuk para team member perempuan, saya terus mendorong mereka untuk maju dan berprestasi dengan memberikan kepercayaan saya kepada mereka untuk meng-handle proyek-proyek besar. Challenge them and provide them with training and development programs that can help them to achieve higher.