Percaya Diri Menjadi Pemimpin Perempuan di Sektor Dominasi Laki-Laki
Desember 24, 2023Sediakan Fasilitas Berbasis Kebutuhan Pekerja
Desember 24, 2023Ket. Silvia Halim (tengah) di salah satu lokasi pembangunan MRT (dok. MRT)
Salah satu sosok yang bertanggung jawab terhadap pembangunan konstruksi MRT Jakarta adalah Silvia Halim. Sebagai Direktur Konstruksi, Silvia membawahi lima divisi yang bertugas mengawal dan memastikan seluruh pekerjaan konstruksi MRT Jakarta berjalan sesuai dengan rencana dari segi kualitas, biaya serta target waktu. Sebelum menduduki jabatan Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia berkarier selama 12 tahun di Land Transport Authority (LTA) Singapore. LTA merupakan badan pemerintah yang mengurusi transportasi darat di Singapura. Langkahnya bergabung dengan PT MRT Jakarta merupakan jawaban atas panggilan hati Silvia untuk berkarya dan berbakti di Indonesia.
Tantangan Birokrasi
Berkarir di LTA sebagai insinyur sipil membuat Silvia merasa hasil pekerjaannya bisa dipakai oleh banyak orang dan benar-benar digunakan masyarakat. Namun ia juga banyak berpikir kapan bisa melakukan hal yang sama untuk tanah air. Akhirnya kesempatan itu datang. Basuki Tjahja Purnama atau yang biasa disapa Ahok, gubernur Jakarta saat itu, memanggil semua profesional yang ada di Singapura untuk kembali ke Jakarta dan berkarya untuk Indonesia. “Jadi saya coba dan akhirnya menduduki posisi ini. Jelas ini kesempatan yang tidak bisa saya lewatkan,” kata Silvia.
Ketika memulai pekerjaannya di proyek MRT Jakarta, tantangan terbesar yang dihadapi Silvia adalah sistem perizinan yang lebih banyak prosedur daripada di Singapura. Ia membandingkan di Negeri Singa dimana pengurusan perizinan untuk proyek konstruksi cukup dilakukan melalui satu instansi. Sementara di Indonesia, Silvia harus mendatangi berbagai badan pemerintah. Maka ia pun berharap sistem perijinan di Indonesia bisa terus diperbaiki. Silvia menyampaikan keyakinannya bahwa jika hal tersebut dilakukan maka dampaknya akan sangat besar. “Semua proyek konstruksi di Indonesia bisa diselesaikan lebih cepat,” tukasnya.
Diskriminasi Memicu Kerja Lebih Keras
Memimpin dan menggerakkan tim yang didominasi laki-laki yang usianya terpaut cukup jauh adalah tantangan lainnya bagi Silvia di awal mengelola proyek MRT Jakarta. Namun bekal pengalaman serupa ketika pertama berkarier di dunia konstruksi di Singapura membuat Silvia berhasil mengatasi tantangan tersebut. Ketika baru lulus kuliah dari Nanyang Technological University dan bekerja di LTA, Silvia harus memimpin proyek yang dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor pria berusia paruh baya dengan puluhan tahun pengalaman di bidang konstruksi. Kerja keras dan menunjukkan kemampuan, Silvia berhasil memperoleh kepercayaan mereka. Hal yang sama juga ia terapkan saat di MRT. Menurut Silvia, sikap menunjukkan kemampuan antara lain dengan menghargai mereka yang lebih dulu terjun dan berada di posnya karena memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih banyak ketimbang dirinya.
Namun Silvia mengaku sempat merasa mengalami diskriminasi sebagai perempuan karena sistem penilaian kerja yang berlaku di Singapura. Suatu kali perusahaan menyatakan akan ada tawaran promosi pekerjaan pada Silvia dan satu rekan kerja laki-laki yang sama-sama memulai waktu bekerja dan bobot prestasi kerja. Penilaian akhir memutuskan yang memperolehnya adalah rekan kerja pria Silvia. Perimbangan utama keterpilihan membuat Silvia kecewa, “Dia sudah ikut wajib militer. Kalau sudah ikut wajib militer, dihitung sudah punya (tambahan) masa kerja dua tahun. Jadi dia dianggap lebih senior dari saya,”.
Peristiwa itu memacu Silvia untuk bekerja lebih keras dan menunjukkan prestasi. Ia merasa tidak cukup hanya bekerja dengan baik dan harus lebih baik dan lebih keras lagi dari rekan pria. Dengan demikian, ketika ada promosi maka faktor gender tidak perlu menjadi halangan lagi karena di atas kertas kinerja ia sudah membuktikan lebih baik.
(foto dok. MRT)
Perempuan Bukan Makhluk Rapuh
“Sebagai perempuan, kita bukan makhluk yang rapuh. If you treat us with different manner, you will also treat us differently in other aspects. Jangan sampai mereka menggunakan justifikasi yang sama untuk memperlakukan kita seperti itu dalam aspek yang lain,” tandas Silvia. Pandangan tersebut membuatnya tidak pernah merasa berbeda dengan rekan kerjanya laki-laki bahkan Silvia selalu meminta rekan-rekannya untuk memperlakukan dirinya sama seperti rekan kerja yang lain. Ia tidak pernah menjadikan keperempuanannya sebagai alasan untuk meminta kemudahan dalam bekerja.
Saat ini dunia konstruksi Indonesia terkesan masih didominasi laki-laki, menurut Silvia, karena perempuan sendiri punya sejumlah persepsi negatif tentang dunia konstruksi. Pekerjaan konstruksi di lapangan yang kotor dan panas serta jauh dari kesan glamor kerap disebutkan sebagai alasan perempuan enggan terjun ke bidang ini. Ditambah lagi, sebagian masyarakat masih beranggapan perempuan adalah makhluk lemah yang tidak bisa menanggung beratnya beban pekerjaan konstruksi.
Kendati demikian, Silvia merasa yakin kondisi tersebut akan berubah dan membawa angin segar bagi perempuan yang ingin meniti karier di bidang konstruksi. “Makin banyak perempuan yang kelihatan terjun ke dunia konstruksi, mind set orang akan berubah. Bahwa normal-normal saja perempuan bekerja di dunia konstruksi,” cetus Silvia.
(foto dok. MRT)
Jangan Biarkan Gender Jadi Penghalang
Dalam peninjauan ke depo MRT di Lebak Bulus (12/4), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuturkan bahwa MRT telah memiliki 32 masinis dengan lima diantaranya perempuan. Posisi-posisi manajemen di PT MRT pun memberikan kesempatan yang sama pada insinyur perempuan dan laki-laki untuk berkiprah. Mulai dari level project engineer yang turun ke lapangan sampai kepala-kepala departemen tidak luput untuk dijabat oleh para insinyur perempuan. Termasuk jabatan kepala departemen railway system dan sejumlah kepala divisi yang sebelumnya banyak dipegang oleh laki-laki, kini telah juga dijabat perempuan.
Menutup perbincangan dengan IBCWE, Silvia memberikan tips bagi para perempuan yang ingin sukses berkarier, khususnya di bidang yang masih didominasi laki-laki. “Don’t make a decision, doing or not doing certain things because you’re a woman. Jangan memutuskan sesuatu karena rasa takut, entah itu takut dihakimi, takut kotor, takut tidak bisa berkeluarga dan sebagainya. Lakukan hal yang menurut kamu benar, jika memang itu yang kamu inginkan dan memang perlu dilakukan,” Ulas Silvi sambil menambahkan perlunya kerja keras karena tidak ada jalan cepat untuk mencapai tujuan.