Perempuan di Dunia Jurnalistik
Desember 24, 2023Usia Anak Pengaruhi Angka Pekerja Perempuan
Desember 24, 2023Impostor Syndrome (IS) mengacu pada pengalaman internal yang meyakini bahwa diri sendiri tidak kompeten seperti yang dianggap orang lain. Meskipun definisi ini biasanya diterapkan secara sempit pada kecerdasan dan prestasi, tapi sindrom ini memiliki kaitan dengan perfeksionisme dan konteks sosial.
Istilah ini pertama kali diciptakan oleh psikolog Suzanna Imes dan Pauline Rose Clance pada tahun 1970. Ketika konsep Impostor Syndrome diperkenalkan, pada awalnya dianggap hanya berlaku untuk perempuan berprestasi. Namun seiring berjalannya waktu, sindrom tersebut diakui sebagai pengalaman yang lebih luas lagi.
Beberapa tanda umum dari Impostor Syndrome meliputi:
-
Meragukan diri sendiri
-
Ketidakmampuan untuk menilai kompetensi dan keterampilan diri sendiri secara realistis
-
Mengaitkan kesuksesan diri dengan faktor eksternal
-
Mencaci kinerja diri sendiri
-
Ketakutan bahwa diri tidak memenuhi harapan
-
Terlalu berprestasi
-
Menyabotase kesuksesan diri sendiri
-
Menetapkan tujuan yang sangat menantang dan merasa kecewa saat gagal
Masalah Impostor Syndrome adalah sebanyak apapun pengalaman melakukan sesuatu dengan baik tidak juga mengubah keyakinan diri. Semakin banyak yang dicapai, semakin merasa seperti seorang penipu. Seolah-olah diri sendiri tidak dapat menginternalisasi kesuksesan karena proses berpikir yang menekan jika melakukan sesuatu dengan baik, hal tersebut pasti hasil dari keberuntungan karena orang yang tidak kompeten tidak memiliki tempat di manapun.
Faktor-faktor tertentu dapat berkontribusi pada pengalaman Impostor Syndrome yang lebih umum. Salah satunya datang dari interaksi gender dengan sistem sosio-struktural yang membagi kekuasaan, sumber daya, peran, dan status sosial berdasarkan apakah sesuatu atau seseorang dipersepsikan sebagai laki-laki/maskulin atau perempuan/feminin.
Sistem gender dipertahankan oleh norma-norma sosial yang menentukan ekspresi dan perilaku terkait gender yang dapat diterima. Sehingga menyebabkan norma gender berlaku atas individu dan membentuk posisi serta pilihan mereka di dunia dan fungsinya dalam lembaga serta komunitas tempat mereka berada.
Kita telah disosialisasikan sejak usia dini untuk percaya bahwa norma sosial itu benar atau sesuatu yang permanen – dan melawan atau menantangnya dapat membuat kita merasa tidak aman karena menantang norma, menyebabkan konflik dan juga bisa membuat kita merasa sendirian. Jadi sangat menyenangkan jika lebih banyak orang membicarakan tentang dampak ekspektasi ini terhadap perempuan dan pria.
Jadi apa yang dapat dilakukan untuk menantang Impostor Syndrome?
Untuk melewati Impostor Syndrom, dimulai dengan bertanya pada diri sendiri beberapa pertanyaan sulit, termasuk hal-hal seperti berikut:
“Keyakinan inti apa yang saya pegang tentang diri saya?”
“Apakah saya percaya bahwa saya layak mendapatkan cinta sebagai diri saya apa adanya?”
“Haruskah saya menjadi sempurna agar orang lain menerima saya?”
Berikut beberapa teknik yang dapat dilakukan:
-
Bicaralah dengan orang lain tentang perasaan Anda.
-
Nilai kemampuanmu dengan cara menulis pencapaian Anda dan apa yang Anda kuasai, kemudian bandingkan dengan penilaian Anda pada diri sendiri.
-
Berhenti fokus melakukan sesutu dengan sempurna, tetapi lakukan hal-hal dengan cukup baik dan beri penghargaan pada diri sendiri karena telah mengambil tindakan.
-
Saat kamu mulai menilai kemampuan dan mengambil langkah kecil, pertanyakan apakah pikiran Anda rasional. Apakah masuk akal jika kamu Impostor (penipu), mengingat semua yang telah kamu lakukan?
-
Berhenti membandingkan diri Anda dengan orang lain!
-
Berhenti melawan perasaan Anda. Sebaliknya, cobalah menerima perasaanmu karena ketika kamu mengakuinya, Anda dapat mulai mengungkap keyakinan inti yang mungkin tertahankan.
-
Gunakan media sosial secukupnya. Kita tahu bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan mungkin terkait dengan perasaan rendah diri. Jika kamu mencoba menampilkan gambar di media sosial yang tidak sesuai dengan siapa dirimu sebenarnya atau yang tidak mungkin dicapai, itu hanya akan membuat perasaan kamu sebagai Impostor (penipu) semakin buruk.
-
Cobalah membantu orang lain yang berada dalam situasi yang sama dengan Anda. Jika Anda melihat seseorang yang tampak canggung atau sendirian, ajukan pertanyaan kepada orang itu untuk mengajaknya masuk ke dalam kelompok. Dengan membantu orang lain, Anda juga akan membangun kepercayaan pada kemampuanmu sendiri.
-
Jangan biarkan sindrom ini menahanmu! Tidak peduli seberapa besar Anda merasa tidak diterima, jangan biarkan hal itu menghentikanmu untuk mengejar tujuan.
Impostor Syndrome mungkin berasal dari budaya norma gender, seperti persepsi bahwa laki-laki adalah pemimpin yang lebih baik yang kemudian menyebabkan perempuan kurang terwakili dalam kepemimpinan atau peran utama perempuan adalah sebagai pengasuh keluarga yang mengarah pada ikatan ganda yang dialami oleh perempuan di tempat kerja.
Hal tersebut membuat perempuan merasa perlu lebih “membuktikan diri” dari laki-laki, atau perempuan akan dinilai lebih buruk daripada rekan laki-laki mereka. Perempuan jadi merasa tidak aman untuk mencita-citakan posisi kepemimpinan ketika yang terlihat hanya ada pemimpin laki-laki atau ketike berada dalam industri yang didominasi laki-laki.
Cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menantang Impostor Syndrome:
-
Kembangkan kebijakan inklusif
-
Pelatihan kesadaran bias gender
-
Bimbingan dan sponsorship
Sebagai sebuah organisasi, IBCWE membantu perusahaan anggota untuk meningkatkan kesetaraan gender di lingkungan kerja melalui pendampingan dalam membuat kebijakan inklusif seperti kebijakan dalam rekrutmen dan manajemen talenta. IBCWE juga mengadakan pelatihan kesadaran bias gender untuk meningkatkan kesadaran tentang betapa berbahayanya bias gender.
Masalah Sindrom Penipu ini kami bahas juga di SYSTEMIQ Indonesia Women’s Breakfast pada hari Senin, 15 Maret dari pukul 08: 30-09: 30 WIB [GMT +7]. Acara yang diadakan secara online melalui Microsoft Teams ini diikuti oleh 10-15 kolega wanita, mulai dari Junior Associate hingga Partner.
Kemudian, kami memiliki acara mendatang, Women Talent Network, sebuah kegiatan untuk talenta perempuan yang tergabung dalam perusahaan IBCWE. Pembahasan tersebut akan membahas tentang masalah Self-Acceptance dan Impostor Syndrome.
Tunggu informasi kami lebih lanjut!
Referensi:
Photo by Anna Shvets from Pexels
IBCWE presentation in SYSTEMIQ Indonesia Women’s Breakfast, March 2021.
https://www.verywellmind.com/imposter-syndrome-and-social-anxiety-disorder-4156469