“Ring the Bell for Gender Equality” Menyerukan Investasi untuk Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Maret 18, 2024Pencegahan Kekerasan Seksual Dimulai Dengan Mengedukasi Anak Laki-Laki
April 17, 2024Dalam budaya patriarki yang masih mengakar kuat di beberapa lapisan masyarakat Indonesia, sering kali terdapat anggapan bahwa dalam sebuah pernikahan, suami “harusnya” memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri mereka. Konsekuensinya, jika norma ini dilanggar, dampaknya lebih besar dirasakan oleh sang istri.
“Kamu boleh kerja, tapi tidak boleh punya posisi atau gaji yang lebih tinggi dari suami,” begitu pesan yang sering terdengar. Norma sosial semacam ini menciptakan situasi di mana perempuan yang sudah berkeluarga dengan karier yang lebih tinggi cenderung disalahkan jika rumah tangganya tidak rukun. Ironisnya, hal ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga atau risiko perceraian.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Harvard Business Review menemukan bahwa istri yang memiliki status lebih tinggi dibandingkan suaminya cenderung mengalami perasaan kesal atau malu. Mereka merasa bahwa status mereka menurun karena posisi suami yang lebih rendah, yang pada akhirnya berdampak negatif pada pernikahan mereka.
Namun, keharmonisan dalam rumah tangga tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak. Kerukunan ini terjadi atas kerja sama suami dan istri, bukan hanya beban salah satu pihak. Ketika suami dan istri berbagi peran, artinya keduanya mengeluarkan usaha yang sama untuk keberlangsungan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menerima dukungan nyata dari suami dapat mencegah dampak negatif dari kecemasan status istri. Oleh karena itu, penting bagi pasangan yang memiliki dua karier untuk melakukan percakapan yang terbuka dan jujur mengenai ambisi karier mereka serta harapan mereka mengenai dukungan timbal balik, betapa pun tidak nyamannya percakapan tersebut.
Apa yang bisa dilakukan suami sebagai #LelakiTurutSerta untuk memberikan dukungan nyata kepada istri?
- Berbagi Tanggung Jawab Rumah Tangga: Terlibat aktif dalam pekerjaan rumah tangga, termasuk mengurus anak dan orang tua.
- Mendengarkan Kisah-kisah Pekerjaannya: Luangkan waktu untuk mendengarkan pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh istri di tempat kerjanya.
- Memberi Nasihat tentang Pertumbuhan Profesional: Berikan dukungan dan nasihat yang membangun saat istri menginginkannya.
- Menghargai Keputusannya: Hormati keputusan yang diambil oleh istri terkait karier atau kehidupan pribadinya.
- Memberdayakan: Pastikan istri merasa didukung dan diberdayakan untuk meraih potensinya.
Saat ini, perempuan dengan status tinggi memiliki kesempatan untuk membuat pilihan hidup tanpa terlalu dibatasi oleh ketakutan akan dampak finansial. Mereka dapat berperan sebagai rekan setara dalam rumah tangga.
Referensi:
Does a woman’s high-status career hurt her marriage? Not if her husband does the laundry. (2017, May 2). Harvard Business Review. https://hbr.org/2017/05/does-a-womans-high-status-career-hurt-her-marriage-not-if-her-husband-does-the-laundry